Karya dan Dunianya
Proses
Kretaif
Tangan lasak UU Hamidy dalam dunia
tulis-menulis telah dimulai sejak muda. Ketika berusia umur 21 tahun di bangku
kuliah IKIP Malang ( 1964-1970 ), ia telah menulis “ Struktur Politik dan
Esensi Demokrasi” dimuat pada Mingguan
Mahasiswa Indonesia Edisi Jawa Barat, terbitan Jakarta, minggu II, Mei
1969. Lalu disusul oleh tulisan “ Kepastian Hukum dan Sikap Penguasa “ pada
mingguan Mimbar Demokrasi, terbitan
Bandung, Mei 1969. Sesudah itu menulis untuk berbagai media, di antaranya Gema Riau di Pekanbaru, Budaya Jawa, majalah sastra Horizon, Berita Antropologi dan Analisa Kebudayaan di Jakarta.
Di Malang, pada 1970, ia pernah
menjadi pemimpin redaksi Suara Unggas
yang diasuhnya bersama Permadi Rastiko Mangunsiswo. Di Pekanbaru, UU Hamidy
pernah menjadi ketua redaksi majalah kanak-kanak Nenek Kebayan dengan penasehat Soeman HS pada tahun 1973 dan didukung
Percetakan Seno Press. Kemudian menjadi salah seorang penyunting majalah budaya
Canang terbitan Masyarakat Sejarawan
Indonesia Cabang Riau pada tahun 1977. Pernah menjadi staf ahli majalah Sinar Darussalam ( 1975-1977 ) terbitan
Darusslam, Banda Aceh. Sejak awal 1990-an telah menulis untuk suratkabar Riau Pos dan majalah budaya Sagang.
UU Hamidy mulai menulis buku pada
1973. Buku pertama Bahasa Melayu Riau terbitkan
oleh BPKD ( Badan Pembina Kesenian Daerah) Riau, 1973. Selepas itu bukunya diterbitkan
oleh Bumi Pustaka Pekanbaru yang ditaja oleh penyair Ibrahim Sattah pada 1980.
Ada juga yang diterbitan oleh Balai Pustaka dan LP3S Jakarta serta di Kuala
Lumpur. Selanjutnya, lebih banyak diterbitkan di Riau, terutama oleh UIR Press,
Unri Press, Unilak Press dan Bilik Kreatif Press.
Jarang orang seperti dia. Kebanyakan
orang hidupnya hanya satu bidang saja. Jika seseorang misalnya menjadi dosen
matematika maka dia tidak mau menggali ilmu yang lain dalam rangka mendukung
disiplin ilmunya. Contohnya ada suatu ungkapan “ banyak bicara banyak bohong
katanya “ tetapi tidak dilihatnya apa yang dibicarakan orang tersebut. Padahal
cerita panjang ( bohong ) karena tidak berbasis atau tidak berpedoman dengan
Allah SWT itu barulah dikatakan bohong. Budaya kita pada umumnya hari ini lebih
banyak mengagungkan hasil otak kita daripada mengagungkan Sang Pencipt-Nya,
Allah Swt. Seperti keindahan gelombang laut, gunung, pantai, gedung, pesawat,
jembatan, mobil, rumah, sungai, batu, pasir, kecantikan, kegantengan, dan dll. Ini menunjukan kepada
kita dalam bukunya UU Hamidy yang berjudul “ Orang Patut “ di dalamnya terdapat satu ungkapan yang berbunyi “ sarjana belum tentu menjadi orang tetapi
orang pasti sarjana. Inilah salah
satu tokoh di antara tokoh yang lain yang paling tajam, aktual, dan terpecaya dalam menggunakan
bahasa baik bahasa lisan maupun bahasa tulisnya, UU Hamidy. Contoh-contoh hasil
karyanya, esai-esai bahasa, budaya,
agama, politik, sosial dan pendidikan
di Riau merupakan hasil dari kerisauannya terhadap hasil pembangunan yang
sangat memprihatinkan.
Jurang keprihatinan itu dilihat dari
segi pemimpin yang kurang memahami hakikat memimpin itu sendiri. Dalam ungkapan
dikatakan: “ ikan busuk itu berasal dari kepalanya barulah menuju ke ekornya”. Artinya,
kalau pucuk pimpinan itu sudah berubah niatnya dari keperluan masyarakatnya
maka sudah dapat dirasakan dampaknya dari kebijakan yang dibuatnya. Melihat
kesenjangan inilah, sosok UU Hamidy mempelupuh
atau menggasak orang-orang itu dengan kata-kata/bahasa/ucapan/tulisannya
untuk mengubah pola pikir para pemimpin menuju kepada jalan yang diridhoi oleh
Allah Swt.
Sosok orang sepert UU Hamidy ini
adalah tokoh yang mencontoh pada zaman nabi Muhammad Saw yang sangat sederhana.
Jika melihat ketidaksesuaian antara ucapan pemimpin dengan tindakannya atau
kelakuannya maka sosok UU Hamidy yang lunak tapi tajam akan mengkritik orang
tersebut. Kelasakan tangan UU Hamidy di Bilik Kreatifnya banyak melahirkan
karya yang menggugah perhatian masyarakat Riau. Orang baru terlihat apabila ia
berkarya secara tertulis. Menurut hemat saya selama ini, yang selalu menulis
tentang nasib masyarakat Riau adalah UU Hamidy. Menurut UU Hamidy bukunya ada 4
buah di salah satu Universitas Amerika Serikat di antara 60 judul yang telah
terbit baik tingkat daerah maupun tingkat nasional maupun internasional.
Kini ia sudah berusia 70 tahun. Tapi
semangat menulisnya tetap berapi-api. Hasil karyanya tidak terbatas oleh jumlah
umurnya. Semakin tua semakin berminyak, malahan fisik masih kuat dan tegar.
Gerak nafas sangat baik padahal umurnya sudah tua kalau dibandingkan dengan
yang seumur dengan dia. Dengan modal “ Bismillah “ , jumlah hasl karyanya
hampir sebanding dengan jumlah umurnya. Setiap gerak nafasnya, saya memandang
penuh ide-ide yang cemerlang untuk dituangkan ke kertas melalui pena.
Dalam ungkapan dikatakan, “ lebih
tajam kata-kata daripada pedang” dan “ manusia tahan kias, binatang tahan
palu”. Inilah ciri-ciri orang Melayu Riau yang tahu tentang kesopanan dalam
bertutur kata terhadap sesama manusia di dunia ini. Makanya, hasil karya UU
Hamidy enak dibaca dan mudah dicerna. Tokoh budayawan Riau ini sangat piawai
dalam memakai/membingkai kata-kata sehingga tulisannya menusuk kalbu para
pembacanya. Karena ia menulis itu bertujuan untuk beribadah kepada Allah Swt
atau berdakwah melalui menulis. Menurut UU Hamidy, “ menulis itu lebih tahan
lama daripada melisankan tentang sesuatu”. Seperti mengajar di depan kelas tak
ubahnya seperti pipa air hanya memantulkan apa yang pernah pernah diterima
waktu menjadi mahasiswa tidak ada pembaharuan atau sekadar memindahkan saja
yang ada dalam otak saja.
Ia sanggam menyandang gelar “ sedikit
bicara lebih banyak berkarya atau menulis”. Kalau kita sebaliknya, lebih banyak
berbicara daripada menulis/berkarya makanya kita kurang diperhatikan orang.
Ciri-ciri orang Melayu menurut UU Hamidy adalah “ mandi di hilir-hilir, berkata
di bawah-bawah “. Allah menyuruh kita untuk bercakap-cakap haruslah yang baik
saja. Artinya, Allah Swt saja diinggat. Karena orang marah, benci dan berkata
kasar itu kepada kita disebabkan dia itu tidak tahu/kenal dengan kita. Kalau
tahu atau kenal dengan kita maka dia akan sayang/bersahabat dengan kita.
Rujukan
Hamidy
UU.1981. Riau sebagai Pusat Bahasa dan
Kebudayaan Melayu. Pekanbaru: Bumi
Pustaka.
_______.
19884. Tradisi Penyair di Indonesia. Pekanbaru:
Bumi Pustaka.
_______.
.1986. Orang Patut. Pekanbaru: Bumi Pustaka
_______.
1993. Nilai Suatu Kajian. Pekanbaru:
UIR Press.
_______.1993.
Kerukunan
Hidup Bergama di Daerah Riau. Pekanbaru: UIR Press.
_______.1998.
Teks dan Pengarang. Pekanbaru. Unri Press.
_______.
1994. Bahasa Melayu dan Kreativitas
Sastra di Daerah Riau.
______.
1996. Orang Melayu di Riau. Pekanbaru: UIR Press.
______.
1997. Kebudayaan sebagai Amanah Tuhan.Pekanbaru:
UIR Press.
______.
1997. Cakap-Cakap Rampai Budaya Melayu. Pekanbaru:
Unilak Press.
______.
1999. Islam dan Masyarakat Melayu di
Riau. UIR Press.
______.
2001. Kearifan Puak Melayu Riau
Memelihara Lingkungan Hidup. Pekanbaru: UIR Press.
______.
2003. Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya.
Pekanbaru: Bilik Kreatif.
______.
2013. Gelanggang Budaya Melayu. Pekanbaru: Bilik Kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar